Van Gogh: The Tragic of The Genius  

Posted by: Kiky in ,
Van Gogh, how can I even came up with an idea about him? Saya gak tau menahu soal lukisan, kalo disuruh gambar juga maksimal gambar pemandangan yang ada dua gunung dan matahari terbit di antaranya, sedikit aksen beberapa burung dan sawah, udah mentok! Yeah, kalo ngomong soal seni saya hanya penikmat saja, saya menikmati gambar-gambar yang indah, tapi gak bisa bikin, saya menikmati suara yang merdu, tapi suara sendiri sumbang, saya suka nonton film yang bagus, tapi kalo disuruh main film, boleh juga si (kalo ada yang mau nawarin...XD). Pengetahuan tentang Van Gogh hanya sebatas tau dia seorang pelukis terkenal yang gak punya kuping. Sudah! Kenapa gak punya kuping juga gak penasaran pengen tau...Tapi, setelah nonton film yang judulnya "Vincent Van Gogh: Painted with Words" yang dimainkan secara briliant oleh kekasih imajiner saya: Benedict Cumberbatch, jadilah saya kemudian menjadi sangat antusias untuk tahu lebih banyak tentang jalan cerita hidupnya yang sejujurnya sangat mengharukan, menyedihkan, dan tragis.. Jadi pada awalnya memang ini adalah tentang saya yang menjadi desperate fangirl, semangat menonton hampir semua filmnya Benedict Cumberbatch, tapi Thanks God, aktor ini gak pernah main film yang jelek, semua peran yang dia mainkan selalu bikin sukses klepek2 *apa deeh.. Eniwei tulisan saya ini akan berbagi beberapa hal yang saya dapat dari film itu, beberapa saya tambahkan juga dari referensi lain..


Vincent Willem van Gogh adalah pelukis asal Belanda yang lahir pada 30 Maret 1853. Dia dilahirkan dari keluarga yang religius, ayahnya adalah seorang pendeta. Van Gogh sangat dekat dengan adik laki-lakinya yang bernama Theo. Perbedaan usia diantara mereka yang hanya 4 tahun membuat keduanya sangat dekat. Dari 902 surat yang ditulis Van Gogh hingga kematiannya, 700 surat dia tujukan kepada adiknya. Di film itu juga diperlihatkan bagaimana sebenarnya adiknya sangat prihatin terhadap kondisi kakaknya, dan terlihat pula bagaimana sebenarnya Van Gogh sangat menyayangi adiknya.




Pada masa mudanya Van Gogh bekerja pada sebuah perusahaan penjual karya seni, dia sempat tinggal di London untuk beberapa saat. Selain sering melihat lukisan di galeri pada saat itu, Van Gogh, juga senang membaca beberapa karya Charles Dickens. Setelah beberapa waktu dia kemudian bekerja sebagai guru, rasa bahagia bisa berbagi ilmu dia terangkan dengan semangat di surat-suratya kepada adiknya. Dia merasa dengan menjadi seorang guru dia merasa berguna. Selang beberapa waktu kemudian,ia ingin mengikuti jejak ayahnya menjadi seorang pendeta, jadilah ia seorang misionaris, dia ditugaskan untuk bekerja di wilayah pertambangan yang sangat miskin. Kalo saya lihat di film, disinilah awal titik kesuraman hidupnya. Dia melihat bagaimana banyak orang menderita dan dia merasa tidak bisa berbuat banyak untuk merubah itu.

Ia kemudian memilih menjadi seniman pada tahun 1880. Setelah beberapa kali merasa gagal dalam pekerjaannya, dia merasa bahwa passion sesungguhnya dia adalah melukis, dengan melukis dia merasa bisa menunjukkan ekspresi paling dalam dari dirinya, dia merasa bebas dan bahagia. Akhirnya pada usia 27 tahun itulah perjalanan karir nya sebagai pelukis dimulai. Mulanya karya-karyanya menggunakan warna-warna yang suram, mungkin ini dilatarbelakangi oleh pengalaman hidupnya yang melihat sendiri kesengsaraan masyarakat miskin. Baru ketika di Paris yaitu tahun 1886 ia berjumpa dengan paham impresionisme dan neo-impresionisme yang warna-warnanya yang lebih cerah untuk lebih mengungkapkan simbol tentang kehidupan pedesaan, ladang-ladang kentang, dll. Hal ini kemudian sangat mempengaruhi gaya lukisannya. Setelah tinggal di Arles, Perancis, gaya lukisannya menjadi semakin oke, apa ya istilahnya, dia jadi sering kebanjiran inspirasi melukis. Nah itu lah... Tapi eh tapi dari kurang lebih 900 lukisan dan hampir 1100 sketsa yang dia buat hanya satu yang berhasil ia jual, lukisan itu berjudul "The Red Vineyard" yang dibuatnya pada tahun 1888.


The Red Vineyard


Nah sampai disini sepertinya ceritanya memang belum terlalu tragis, kisah tragis itu dimulai ketika penyakit epilepsi mulai menyerang dirinya dan sikapnya yang dianggap mengganggu oleh orang-orang disekitarnya. Masyarakat disekitar lingkungannya mulai merasa jengah dengan sikap Van Gogh yang seringkali membuat "onar" beberapa kali bahkan dia sampai menguntit beberapa wanita hingga menimbulkan ketakutakan (memang ada gosip yang beredar bahwa Van Gogh memiliki kecenderungan yang berlebih terhadap perempuan..hingga dia sering pergi ke tempat prostitusi). Akhirnya sebanyak 30 orang membuat petisi agar Van Gogh di"amankan".

Mungkin hingga detik ini pun belum ada yang benar-benar memahami bagaimana sebenarnya penderitaan yang dialami Van Gogh hingga muncul teori yang menyatakan dirinya mengiris kupingnya sendiri dan akhirnya bunuh diri. Banyak dari teori yang berkembang tentang dirinya menyebutkan bahwa dia adalah seorang yang memiliki gangguan mental dan sangat berbahaya. Tapi apakah benar memang dia memiliki gangguan mental sebenarnya juga kita tidak tahu pasti. Jenis gangguan mental pun kan banyak jenisnya, skizofrenia salah satunya. Ada yang sudah pernah menonton film "A Beautiful Mind" kisah tentang ilmuwan penerima nobel, JOhn Nash, yang terbukti sebagai seorang jenius tetapi harus melawan penyakitnya sepanjang umurnya. Nah mungkin kita sendiri tidak akan pernah tau kesengsaraan atau penderitaan macam apa yang dialami orang-orang dengan skizofrenia, kita tidak tahu bagaimana cara pola pikir mereka, kita tidak tahu apa yang dalam pikirannya, kita tidak tahu apa yang dideritanya, hingga pada titik tertentu, kita memilih untuk skeptis dan secara sederhana mendefinisi mereka sebagai seorang yang gila.

Well, sudah adakah yang pernah mendengar lagu berjudul "Starry Starry Night" yang dibawakan dengan brilian oleh Don McLean. Saya mendengarkan lagu ini sudah dari jaman dulu, merupakan koleksi lagu klasik (literally klasik) yang saya punya. Saya pikir lagu ini bercerita tentang kekaguman seseorang tentang langit malam, namun ternyata lagu ini terinspirasi dari kisah tragis Van Gogh yang berjuang sampai sisa umur hidupnya meyakinkan orang-orang bahwa dirinya tidak gila melalui lukisan-lukisannya.

Bercerita tentang pelukis yang dikurung di sel rumah sakit jiwa Saint Paul-de-Mausole di Saint-Rémy-de-Provence, Perancis, gambaran suram, gelap, pengap ditambah frustasi yang dirasakan Van Gogh digambarkan dengan sangat apik oleh Benedict Cumberbatch di film Vincent Van Gogh: Painted with Words. Kontroversi yang paling terkenal dari Van Gogh adalah tentang kupingnya yang terpotong. Dulu teori yang berkembang menyatakan bahwa karena rasa frustasi dan depresi, Van Gogh lah yang mengiris kupingnya sendiri, namun setelah hampir seabad kematiannya muncul teori yang menyatakan bahwa bukan Van Gogh yang mengiris kupingnya sendiri, melainkan diserang oleh rekannya sesama pelukis, yakni Paul Gauguin, pelukis Prancis.

Menurut versi sebelumnya, pelukis Belanda ini memotong kupingnya dengan pisau cukur setelah cekcok dengan Gauguin pada tahun 1888. Dalam pendarahan yang hebat, Van Gogh masih bisa berjalan dan menuju ke temat pelacuran dan menunjukkan kupingnya kepada pelacur langganannya yang bernama Rachel. Selanjutnya dia pulang ke rumah dan tidur dalam keadaan darah terus menetes di tempat tidurnya. Namun, dua sejarawan asal Jerman, yang telah sepuluh tahun menyelidiki dan membuka kembali hasil investigasi polisi, melihat pernyataan saksi-saksi dan surat dari teman-teman Van Gogh, dan argumen bahwa Gauguin adalah seorang yang jago bermain anggar, adalah teori yang menunjukkan bahwa kemungkinan besar yang memotong kuping Van Gogh adalah Gauguin, saat keduanya terlibat dalam pertengkaran. Dan keduanya sepakat untuk tutup mulut dengan kejadian ini.

Sejarawan Hans Kaufmann dan Rita Wildegans dalam bukunya “In Van Gogh’s Ear: Paul Gauguin and the Pact of Silence”, yang dipublikasikan di Jerman, melihat banyak ketidakonsisten cerita dan kedua seniman ini terlihat menyembunyikan kebenaran yang lebih kompleks.Buku itu sendiri lebih banyak bersumber dari keterangan Gaugin. Pertengkaran antara dua sahabat Van Gogh dan Gaugin menjadi legenda. Ceritanya bermula, ketika pada tahun 1888, Van Gogh membujuk Gauguin untuk datang ke Arles di selatan Prancis untuk hidup bersama di “Yellow House”, yang telah dibangun sebagai “Studio of the South”.
Dalam versi dua sejarawan Jerman itu, Gauguin melemparkan senjatanya dan mengenai kuping kiri Van Gogh sampai terpotong.Sementara kurator Museum Van Gogh di Amsterdam tetap keukeuh dengan teori mutilasi yang dilakukan sendiri oleh Van Gogh. Jadi hingga saat ini pun bagaiamana sampai kuping Van Gogh terpotong masih menjadi misteri.

Selain kotroversi mengenai kupingnya yang terpotong, banyak yang percaya pula bahwa sang maestro tewas akibat aksi bunuh dirinya di Perancis. Namun sebuah buku ternyata mampu memunculkan teori lain soal kematiannya.

Buku berjudul “Van Gogh: The Life” yang ditulis oleh Steven Naifeh dan Gregory White Smith, memunculkan sebuah pemikiran lain soal kematian Van Gogh. Mereka memberikan kemungkinan bahwa ia mati dibunuh oleh tangan seorang bocah. Teori tersebut memberikan kontradiksi terhadap versi yang mengatakan bahwa Van Gogh menembak dirinya sendiri di sebuah lapangan yang terletak beberapa mil di belakang penginapannya saat itu.Ketika ditanya dalam kondisi sekaratnya apakah ia memang sengaja melakukan aksi bunuh diri, ia menjawab, “Ya. Sepertinya begitu.”

Tapi pernyataan tersebut tidak dapat menjelaskan mengapa ia hanya membawa sebuah easels pendiri canvas lukis dan beberapa kuas, bukan sebuah pistol (yang memang tidak pernah ditemukan) atau catatan terakhir mengenai aksi bunuh dirinya.Buku tersebut mempertanyakan apakah sang seniman, yang menghabiskan sebagian waktunya di rumah sakit jiwa, bisa memiliki sebuah senjata api. Kedua penulis buku tersebut mengakui bahwa mereka menerima teori “tidak ada yang tahu apa yang terjadi saat itu”. Berdasar teori tersebut, maka mereka menyusun sebuah scenario lain mengenai apa yang terjadi di Auvers, Perancis.

Mereka meyakini bahwa seorang bocah bernama Rene Secretan yang masih berumur 16 tahun saat itu bertanggung jawab terhadap aksi penembakkan tersebut. Rene Secretan tinggal di vila dekat dengan penginapan Van Gogh dan diceritakan mempunyai hubungan yang kompleks dengan Van Gogh. Penulis tersebut juga menyatakan bahwa Van Gogh tidak menuduh sang anak atas aksi penembakkan terhadap dirinya. Selain karena dia tidak ingin mempersulit hidup si anak, Van Gogh memang sudah punya keinginan untuk mati. Van Gogh meninggal pada tahun 1890 saat ia berusia 37 tahun. Oww.... hampir sama kaya umurnya Cumberbatch sekarang ya.... *apa deh ini... *antiklimaks..


Well, pada saat membuat tulisan ini saya sambil mendengarkan juga lagu "Starry Starry Night" maksudnya si biar bisa menghayati. Ada cuplikan lirik dari lagu yang sangat mengharukan:

How you suffered for your sanity,
How you tried to set them free.
They would not listen, they’re not listening still.
Perhaps they never will…

Mungkin memang pada akhirnya, dibalik semua tragedi yang terjadi dalam hidupnya, tidak ada yang benar-benar tahu cerita sesungguhnya dan bagaimana pun pada sejarawan berusaha untuk menggali kisah hidupnya dan mendokumentasikannya dalam buku atau naskah apa pun tidak ada yang benar-benar tahu apa yang dirasakannya, dan mungkin yang lebih ironis adalah ketika orang-orang berusaha menginterpretasi makna dibalik tulisannya tidak ada yang pernah tahu pesan apa yang ingin dia sampaikan. Kita mungkin tidak tahu betapa keras usaha Van Gogh untuk meyakinkan orang-orang bahwa dia bukan orang yang "berbahaya" dan bahwa dia bukan seorang "madman"...

Setelah kematiannya yang sudah hampir seabad,lukisan Van Gogh kini merupakan salah satu produk sejarah yang sangat mahal harganya... Sebuah hasil yang mahal untuk pengorbanan besar...
Kalo ada yang mau lihat galeri lukisan Van Gogh, silahkan klik disini :)
Referensi:
Film "Vincent Van Gogh: Painted with Words"
Wikipedia
This entry was posted on Jumat, Agustus 10, 2012 and is filed under , . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

1 komentar

ini bener" tragis, I mean, aku juga bukan seseorang yang tau benar siapa itu Van Gogh, selain fakta bahwa dia pelukis yang tewas karena bunuh diri, tapi siapa yang mengira kalau kisah ceritanya ternyata memberikan intrik yang jauh lebih menyedihkan lagi..
aku sempat membaca satu artikel sebelumnya, yang kita sempat bicarakan dulu, tentang karya dia 'Shoes' dan juga filosofinya, di mana dia melukiskan satu objek itu sebagai rasa keprihatinannya terhadap kemiskinan di lingkungan tempatnya tinggal saat itu. Yang lebih miris lagi, aku baru tau tentang lagu "Starry Starry Night" ini, .. so oh wow sampe begini mukaku saat bacanya O_O .. haha!

yang terakhir, baca artikel ini sambil dengerin lagu Super Junior 'Daydream' memang sangat tidak disarankan, rasanya pengen cari colokan dan nyetrumin diri XD

Posting Komentar